Rabu, 09 Maret 2011

Fieldtrip Malang


Malang, kota kecil di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bisa di lihat dari sarana dan prasarana yang ada di kota ini. Berbagai tingkat pendidikan tersedia di kota ini.
Pada tanggal 2 Maret 2011, kami mahasiswa Geografi off L mengadakan Fieldtrip di kota Malang ini. Kami mengelilingi kota Malang. Dan kami melihat di sepanjang jalan Ijen hingga jalan Kawi terdapat bangunan-bangunan yang berbau kolonial Belanda. Akan tetapi pada pemukiman penduduk di baliknya, itu sudah berbau Indonesia. Itu bisa dilihat dari bentuk atap. Bentuk atap bangunan Belanda lebih miring dibanding dengan bentuk atap rumah di Indonesia pada umumnya.
Kota Malang memiliki sentral kota, seperti halnya kota-kota lainnya yang berada di Jawa, yaitu berupa alun-alun. Penempatan alun-alun ini disesuaikan dengan kondisi topografi sekitarnya. Topografi di alun-alun ini tergolong datar sehingga di alun-alun ini cocok sekali dijadikan sebagai CBD. Terdapat berbagai sarana dan prasarana di sekitar alun-alun ini, baik pusat pemerintahan. Sekolah, tempat beribadah, penginapan, kantor pos, bank dan mall.
Dulunya alun-alun ini berupa lapangan. Bangunan yang ada di sekitar dibangun secara bertahap. Bangunan yang pertama dibangun di alun-alun ini adalah kantor pemerintahan (1924) kemudian tempat beribadah (sekitar tahun 1926).
Alun-alun Malang merupakan salah satu RTH Malang (sebagian dari 14% dari RTH Malang). Pembangunan alun-alun ini tergolong cukup baik, terdapat resapan air agar tidak terjadi banjir ketika hujan turun. Selain itu juga terdapat beberapa tumbuhan, sehingga alun-alunini tersa dingin dan nyaman.
Berbagai aktivitas terjadi di alun-alun ini. Terdapat banyak pedagang asongan di alun-alun ini (sekitar 20 pedagang) yang rata-rata berasal dari Madura. Terdapat jembatan penyebrangan dan trotoar di sekitar alun-alun. Namun hamper tidak dimanfaatkan lagi. Kebanyakan masyarakat berlalu lalang menggunakan kendaraan. Jarang ditemui pejalan kaki, sehingga mengakibatkan kebisingan. Namun apabila berada di tengah-tengah alun-alun, kebisingan itu sudah hampir tidak terdengar. Meskipun banyak kendaraan yang berlalu lalang, keindahan masih tetap terjaga kerena pola jalannya telah diatur sedemikian rupa, sehingga jarang terjadi macet.
BI yang dulunya Java Bank
Dibandingkan dengan Comboran yang merupakan selaput kota, alun-alun lebih bagus dan tertata. Di Comboran ini diketemukan banyak pedagang illegal, lalu lintasnya tidak tertur dan para pekerjanya tidak sesibuk di alun-alun. Selain itu juga di pasar besar, terdapat banyak pedagang yang berdagang ditrotoar. Lahan parkirpun sempit sehingga sering menimbulkan kemacetan.
Suasana Pasar Besar
 Berbeda lagi dengan Rampal yang merupakan salah satu RTH Malang. Di sini suasananya tidak bising karena tempat ini lebih ditekankan sebagai tempat latihan tentara, bukan sebagai pusar pengembangan. Selain dibuat latihan tentara, Rampal ini juga digunakan sebagai tempat penyelenggraan konser, tempat pameran dan tempat olah raga.
Sebelum Rampal dari arah pasar besar, kami melewati kawasan slum di bawah jembatan atau di sekitar sungai Brantas. Pola pemukiman di daerah ini sangat padat kerena hampir setiap tahunnya terjadi pembangunan pemukiman, padahal di daerah ini sering terjadi banjir ketika hujan turun. Jalannyapun menurun sehingga rumah yang paling bawahlah yang mengalami dampak banjir yang paling parah. Kawasan ini juga termasuk kawasan illegal karena banyak penduduk yang membangun rumahnya di sekitar sungai ini tidak memiliki surat ijin pembangunan.
Keadaan di sekitar sungan Brantas
Demikian sekilas fieldtrip Malang Off L Geografi 2008 yang bisa saya ceritakan.
Off L 2008 bersama bapak Tanjung

Di Alun-alun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar